Jagad
Gumelar 1 - Awalnya Kahyangan
Sadur
Sadur
Pada
awalnya, saat Alam Semesta ini masih suwung [kosong], belum ada
kehidupan, tidak ada bintang, tidak ada planet-planet, dan tidak ada
unsur apapun, hanya terdapat sebuah sosok yang bernama Sang
Hyang Ogra Pesti,
wujud Beliau tidak kelihatan karena diselimuti oleh cahaya yang
sangat berkilau.
- Sang Hyang Ogra Pesti yang tak lain adalah Sang Maha Pencipta kemudian menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Bramana Wasesa
- Sang Hyang Bramana Wasesa, menciptakan sosok yg bernama Sang Hyang Toya Wasesa
- Sang Hyang Toya Wasesa, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Wji Wasesa Jagad
- Sang Hyang Wiji Wasesa Jagad, menciptakan sosok yg bernama Sang Hyang Wasesa Jagad Pramana
- Sang Hyang Wasesa Jagad Pramana, menciptakan sosok yg bernama Sang Hyang Jagad Kitaha
- Sang Hyang Jagad Kitaha, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Atmana
- Sang Hyang Atmana, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Atmani
- Sang Hyang Atmani, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Arta Etu
- Sang Hyang Arta Etu, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Wilangan
- Sang Hyang Wilangan, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Kasaha Etu Jagad
- Sang Hyang Kasaha Etu Jagad, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Tunggal
- Sang Hyang Tunggal, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Wenang atau yang dikenal juga dengan nama Sang Hyang Podo Winenang
- Sang Hyang Wenang, menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Wening
Berturut-turut
dari Sang Hyang Ogra Pesti yang berputra Sang Hyang Bramana Wasesa
sampai ke Sang Hyang Wening, semuanya tinggal di Kahyangan
Alang-Alang
Kumitir.
Sang
Hyang Wening atas seijin dari sang rama yaitu Sang Hyang Wenang
kemudian menciptakan Kahyangan
Manik Maninten
yang letaknya di bawah Kahyangan Alang-Alang Kumitir dan juga
menciptakan sebuah telur. Kemudian telur diremas dan pecah menjadi 3
bagian, dan semua bagian melayang-layang. Bagian pertama adalah kulit
atau cangkang telur yang walaupun remuk dan retak-retak tetapi tetap
melayang-layang, begitu juga bagian isi yaitu putih telur dan kuning
telur, akan tetapi pada awalnya bagian putih telur dan kuning telur
masih menyatu dan tersambung.
Kemudian
oleh Sang Hyang Wening, bagian cangkang telur disabda menjadi sosok
yang bernama Batara
Antiga
atau nama lainnya adalah Teja Mantri. Setelah itu putih telur dan
kuning telur dipisah oleh Sang Hyang Wening, dari putih telur disabda
menjadi sosok yang bernama Batara
Ismaya
sedangkan bagian kuning telur yang masih melayang-layang kemudian
ditangkap dan disabda menjadi sosok yang bernama Batara
Manik Maya.
Batara
Antiga Batara Ismaya Batara Manik Maya
Ketiganya,
yaitu Batara Antiga, Batara Ismaya dan Batara Manik Maya berparas
sangat tampan dan tinggal rukun di Kahyangan Manik Maninten dan
setelah itu Sang Hyang Wening kembali ke Kahyangan Alang-Alang
Kumitir.
Batara
Antiga adalah Dewa yang pertama kali mencoba untuk keluar dari
Kahyangan Manik Maninten dan mencoba meniru kebisaan dari Sang Hyang
Wening dgn melakukan berbagai sabda, karena kesalahan sabda maka
terciptalah para lelembut yang jumlahnya sangat banyak. Dan
dikarenakan para lelembut itu membutuhkan tempat, maka Sang Hyang
Wening kemudian menciptakan Kahyangan Setra Ganda Layu yg letaknya
ada di bawah dari Kahyangan Manik Maninten.
Setelah
itu Sang Hyang Wening mengambil bagian dari Batara Ismaya dan disabda
menjadi Batari Kanestren yang kemudian menjadi istri dari Batara
Ismaya, juga kemudian mengambil bagian dari Batara Manik Maya dan
disabda menjadi Batari Uma yang kemudian menjadi istri dari Batara
Manik Maya.
Batari
Kanestren Batari Uma
Sedangkan
Batara Antiga menjadi wadat [tidak mempunyai pasangan] dikarenakan
beliau terwujud dari cangkang telur, suatu bagian yang tidak dapat
menjadi makhluk hidup.
Dari
pasangan Batara Ismaya dengan Batari Kanestren dan Batara Manik Maya
dengan Batari Uma inilah awal terjadinya proses reproduksi atau
mempunyai keturunan.
Keturunan
atau anak dari Batara Ismaya dengan Batari Kanestren adalah :
- Batara Wungkuam
- Batara Wrespati
- Batara Yamadipati
- Batara Surya
- Batara Kuwera
- Batara Kamajaya
- Batari Darmanastiti
- Batara Hananta Boga
- Batara Baruna
- Batara Wisnu
- Batara Platuk Temboro.Batara Surya Batara Kamajaya Batara Wisnu
Keturunan
atau anak dari Batara Manik Maya dengan Batari Uma adalah :
- Batara Sambo
- Batara Brama
- Batara Indra
- Batara Bayu
- Batara Kala
- Anoman
Batara Sambu Batara Brama Batara
Bayu
Kelak
kemudian Sang Hyang Wening menciptakan pasangan buat putra-putri para
Batara dan Batari itu dan menciptakan Kahyangan untuk mereka yang
letaknya di bawah Kahyangan Manik Maninten tetapi di atas Kahyangan
Sentra Ganda Layu.
Lalu
dari para Batara dan Batari itu lahirlah putra-putri mereka yaitu
para Dewa dan Dewi, kemudian dibuatkan oleh Sang Hyang Wening
Kahyangan untuk para Dewa-Dewi itu yang letaknya di bawah Kahyangan
dari para Batara-Batari dan di atas Kahyangan Setra Ganda Layu.
Para
Dewa dan Dewi kemudian saling berpasangan dan lahirlah putra-putri
mereka yaitu para Widadara dan Widadari, kemudian dibuatkan oleh Sang
Hyang Wening Kahyangan untuk para Widadara-Widadari itu yang letaknya
di bawah Kahyangan dari para Dewa-Dewi dan di atas Kahyangan Setra
Ganda Layu.
Para
Widadara dan Widadari kemudian saling berpasangan dan lahirlah
putra-putri mereka yaitu para Hapsara dan Hapsari, kemudian dibuatkan
oleh Sang Hyang Wening Kahyangan untuk para Hapsara-Hapsari itu yang
letaknya di bawah Kahyangan dari para Widadara-Widadari dan di atas
Kahyangan Setra Ganda Layu. Para Hapsara dan Hapsari tinggal di
Kahyangan yang bernama Kahyangan Suralaya, mereka dikenal juga dengan
sebutan Dang Hyang atau Danyang.
Saat
itu para penghuni di Kahyangan Setra Ganda Layu sudah terlalu banyak,
banyak lelembut dan drubiksa [raksasa] yang memang tidak mengetahui
nilai-nilai tataran mulai jahil dengan seenaknya mengunjungi
Kahyangan Suralaya maupun Kahyangan lainnya.
Hal
itu yang kemudian membuat Sang Hyang Wening merencanakan untuk mulai
menggelar jagad raya, dengan menciptakan Sela Matangkep atau Pintu
Pengarip sebagai batasan dunia, jadi para penghuni Kahyangan Setra
Ganda Layu tidak dapat lagi dengan seenaknya naik ke Kahyangan
Suralaya dan Kahyangan-Kahyangan lain yang lebih tinggi.
Jagad
Gumelar 2 - Gelar Jagad
Sadur
Sadur
Atas
sabda dari Sang Hyang Wening, kemudian diutuslah Sang Hyang Batara
Ismaya, Sang Hyang Batara Brama, Sang Hyang Batara Indra, Sang Hyang
Batara Surya, Sang Hyang Batari Ratih, Sang Hyang Batara Bayu, Sang
Hyang Batara Hananta Boga, Sang Hyang Batara Baruna dan Sang Hyang
Batara Wisnu untuk menciptakan tempat di luar Sela Matangkep.
Saat
itulah baru terciptanya dunia, dimulai dengan adanya Bintang yang
diciptakan oleh Sang Hyang Batara Ismaya atau dikenal juga dengan
nama Sang Hyang Batara Kartika.
Sang
Hyang Batara Brama bersama-sama dengan Sang Hyang Batara Hananta Boga
dan Sang Hyang Batara Wisnu menciptakan Bumi dan planet-planet yang
lain.
Bumi
sendiri diciptakan awalnya dari sebuah gumpalan api yang dibuat oleh
Sang Hyang Batara Brama yang kemudian dilapisi oleh jangkar bumi dan
cangkang bumi oleh Sang Hyang Batara Hananta Boga dan Sang Hyang
Batara Surya memindahkan kaki Kahyangan Ekacakra mendekati Bumi yang
sekarang kita kenal dengan nama Matahari.
Kemudian
Sang Hyang Batari Ratih juga memindahkan kaki Kahyangan Cakra Kembang
ke dekat Bumi yang kita kenal dengan nama Bulan, Sang Hyang Batara
Bayu menciptakan atmosfir serta Sang Hyang Batara Indra menciptakan
hujan. Bumi pada waktu itu masih panas karena belum ada lautan.
Baru
setelah itu diturunkanlah para lelembut dan drubiksa ke Bumi atau
Arcapada, akan tetapi ternyata setelah itu terjadi saling serang
antara mereka untuk memperebutkan wilayah yang mereka sukai.
Sehingga
kemudian diturunkan juga para Hapsara dan Hapsari serta para Widadara
dan Widadari ke Bumi (Arcapada)
untuk membuat hirarki di Arcapada agar terjadi kestabilan dan
keamanan di Arcapada.
Kemudian
oleh Sang Hyang Wening diciptakanlah Dang Hyang penunggu Bumi :
- Untuk Jagad Wetan [timur] ditempati oleh Pecuk Pecu Kilan
- Untuk Jagad Kulon [barat] ditempati oleh Cakrawangsa
- Untuk Jagad Lor [utara] ditempati oleh Kaneka Putra
- Untuk Jagad Kidul [selatan] belum terisi, tapi kemudian ditempati oleh Andana dan Andini
- Untuk Jagad Awang-Awang [angkasa] dipercayakan kepada Garuda Yaksa Retna Peksi Jala Dara
Setelah
situasi di Arcapada cukup aman, baru kemudian oleh Batara-Batari yang
ditugaskan [tanpa Sang Hyang Hananta Boga] diciptakanlah
tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan.
Jagad
Gumelar 3 - Manusia Tercipta
Sadur.
Sadur.
Adalah
Sang Hyang Batara Brama yang pertama kali menciptakan manusia,
diambil dari tanah dan dibuat dengan kepalan tangannya, karena Sang
Hyang Batara Brama adalah Dewa Api maka wujud manusia yang dibuat
terlalu gosong, makanya kemudian disebut dengan Bangsa Keling. Proses
penciptaan manusia pertama itu terjadi di daratan Jawa di Gunung
Bromo, dan manusia yang diciptakan saat itu suhunya sangat panas
untuk tinggal di dataran rendah sehingga mereka hanya dapat hidup di
ketinggian yang suhunya lebih dingin.
Kemudian
Sang Hyang Batara Wisnu juga menciptakan manusia dan terwujudlah
sosok manusia yang lebih baik dan sempurna [seperti manusia sekarang
ini], kejadian itu masih di daratan Jawa di Gunung Pawinihan
[sekarang Gunung Wilis]. Tetapi saat itu manusia ciptaan Sang Hyang
Batara Wisnu kondisi suhunya masih sama karena hanya mampu tinggal di
tempat dingin. Manusia ciptaan itu menjadi rebutan dari para Hapsara
dan Hapsari untuk dimomong oleh mereka.
Maka
diaturlah agar manusia mempunyai keturunan dulu dan kemudian
anak-anak mereka langsung di bawa oleh para Hapsara dan Hapsari untuk
kemudian wajahnya dibentuk sesuai dengan wajah dari para Hapsara dan
Hapsari yang memomongnya. Hal ini dilakukan agar Arcapada dapat
dipenuhi oleh manusia untuk keseimbangan alam semesta.
Delapan
Batara dan Batari yang ikut dalam proses penciptaan manusia dan
Prawita Sari [air suci keabadian], yaitu Sang Hyang Batara Ismaya,
Sang Hyang Batara Brama, Sang Hyang Batara Indra, Sang Hyang Batara
Surya, Sang Hyang Batari Ratih, Sang Hyang Batara Bayu, Sang Hyang
Batara Baruna dan Sang Hyang Batara Wisnu inilah yang disebut dengan
Hasta
Brata,
Hasta berarti delapan dan Brata berarti laku, watak, atau sifat utama
yang di ambil dari sifat alam.
- Sang Hyang Batara Ismaya/ Sang Hyang Batara Kartika mewakili sifat Bintang
- Sang Hyang Batara Brama mewakili sifat Api
- Sang Hyang Batara Indra mewakili sifat Langit/ Angkasa
- Sang Hyang Batara Surya mewakili sifat Matahari
- Sang Hyang Batari Ratih mewakili sifat Bulan
- Sang Hyang Batara Bayu mewakili sifat Angin
- Sang Hyang Batara Baruna mewakili sifat Air
- Sang Hyang Batara Wisnu mewakili sifat Bumi/ Tanah
Kemudian
para Batara-Batari dan Dewa-Dewi turun ke bumi dan mulai mengajarkan
pola kehidupan kepada umat manusia, hal itu dilakukan agar manusia
kemudian secara otomatis dan naluri akan mengajarkan kepada
keturunannya juga, sehingga tidak perlu setiap generasi berikutnya
dari keturunan manusia yang lahir, para Batara-Batari dan Dewa-Dewi
harus turun ke Arcapada untuk mengajarkan pola yang sama.
Beberapa
pola kehidupan yang diajarkan kepada manusia itu antara lain :
- Sang Hyang Batara Brama mengajarkan kepada manusia bagaimana caranya membikin perkakas
- Sang Hyang Batara Wisma Karma mengajarkan manusia cara membikin rumah tinggal
- Sang Hyang Batara Iswara mengajarkan manusia cara berbicara dan manembah
- Sang Hyang Batara Wisnu mengajarkan aturan antar manusia, aturan-aturan berkehidupan untuk tidak saling menjegal
- Sang Hyang Batara Mahadewa mengajarkan manusia caranya membikin perhiasan dan pakaian
- Sang Hyang Batara Cipta Gupta mengajarkan manusia caranya mengenal dan membuat warna-warni
- dan lain-lain
Manusia-manusia
awal yang tercipta di Arcapada ini baik yang di Gunung Bromo maupun
yang di Gunung Pawinihan dinamakan Bangsa
Keling
dari kata 'kelingan' yang mengingatkan tentang awal penciptaan,
struktur komunal pertama manusia dinamakan Kerajaan Keling dengan
Kraton-nya berada di lereng Gunung Pawinihan yang dipimpin oleh Sang
Maha Prabu Radite
yang dimomong oleh Sang Hyang Batara Wisnu.
Semua
peristiwa sebagai bagian dari awal peradaban ini terjadi di jaman
sedang Kala Kukila pada jaman besar Kali Swara, di mana saat itu
belum diciptakan lautan dan putaran Bumi masih belum stabil.
[Keterangan
tentang urutan jaman ada di Pembagian Jaman Jangka Jayabaya]
Jagad
Gumelar 4 - Tri Loka Buwana
Sadur
Sadur
Sang
Hyang Wening merasa sudah saatnya setelah jagad di gelar harus ada
hirarki keseluruhan untuk menata alam semesta ini. Untuk memimpin
jalannya kehidupan Alam Semesta akan dipilih seorang pimpinan yang
bergelar Ratu Tri
Loka Buwana
[Tri = tiga, Loka = tempat, Buwana = dunia] yang menguasai 3 dunia;
Arcapada [Bumi, dunia di mana manusia tinggal], Madyapada [dunia
gaib], dan Mayapada [Kadewatan, dunia luhur tempat mulai dari
Hapsara-Hapsari sampai Batara-Batari].
Maka
sebelum dipilih siapa yang layak untuk menjadi Ratu Tri Loka Buwana,
Sang Hyang Wening mencipta Kahyangan Jong
Giri Saloka
tempat bakal Ratu Tri Loka Buwana menetap dan mengatur Alam Semesta.
Kahyangan Jong Giri Saloka ini terletak di bawah Kahyangan Alang-
Alang Kumitir dan di atas Kahyangan Manik Maninten.
Dua
putra dari Sang Hyang Wening, yaitu Sang Hyang Batara Antiga dan Sang
Hyang Batara Ismaya sangat meminati posisi Ratu Tri Loka Buwana
tersebut, maka kemudian disepakatilah antara mereka berdua untuk adu
kesaktian guna menunjukkan siapakah yang lebih layak menjadi Ratu Tri
Loka Buwana.
Proses
adu kesaktian itu adalah barang siapa yang dapat memakan atau menelan
Jamur Dwipa [bentuk gunung yang sangat besar] maka dialah yang layak
menjadi Ratu Tri Loka Buwana. Sang Hyang Batara Antiga menelan Jamur
Dwipa, tetapi gagal dan mulut dari Sang Hyang Batara Antiga malah
sobek, kemudian giliran Sang Hyang Batara Ismaya mencoba menelan
Jamur Dwipa, ternyata berhasil ditelan tetapi tidak dapat dimuntahkan
kembali. Pada saat itulah Sang Hyang Wening rawuh dan sangat tidak
berkenan dengan adu kesaktian yang dilakukan oleh Sang Hyang Batara
Antiga dengan Sang Hyang Batara Ismaya.
Sebagai
bentuk pertanggungjawaban dari apa yang telah mereka lakukan, maka
kemudian Sang Hyang Wening mengeluarkan sabda yang mengunci bentuk
mereka di mana kondisi mulut dari Sang Hyang Batara Antiga sobek dan
perut dari Sang Hyang Batara Ismaya membesar karena terisi Jamur
Dwipa.
Dalam
wujud seperti itulah maka Sang Hyang Batara Antiga juga dikenal
dengan nama Togog atau Ki Lurah Togog; sedang Sang Hyang Batara
Ismaya dikenal dengan nama Semar atau Ki Lurah Semar Badranaya
Sang Hyang Batara Antiga /Togog Sang Hyang Batara Ismaya / Semar Badranaya
Kemudian
Sang Hyang Wening menunjuk Sang Hyang Batara Manik Maya yang karena
tidak ikut dalam adu kesaktian dan hanya menjadi penonton saja itu
menjadi Ratu Tri Loka Buwana. Sang Hyang Batara Manik Maya merasa
kegirangan apalagi dari antara tiga bersaudara Sang Hyang Batara
Manik Maya yang sekarang wajahnya paling tampan, karena
kakak-kakaknya sudah berubah wujud semua. Hal itu tak luput dari
perhatian Sang Hyang Wening, maka kemudian disabdalah wajah dari Sang
Hyang Manik Maya menjadi buruk rupa, sebagai penanda untuk tidak
mempunyai sifat sombong hati.
Sebagai
Ratu Tri Loka Buwana, Sang Hyang Batara Manik Maya kemudian bergelar
Sang
Hyang Batara Guru,
atau dikenal juga dengan nama Sang
Hyang Syiwa
atau Sang Hyang Jagad Pratingkah. Kemudian Sang Hyang Batara Guru
bersama dengan Batari Uma menempati Kahyangan Jong Giri Saloka dan
bertugas sebagai Ratu Tri Loka Buwana.
Sang
Hyang Wening kemudian menugaskan Ki Lurah Togog dan Ki Lurah Semar
untuk menjadi pamomong bagi umat manusia di Arcapada. Ki Lurah Togog
menjadi pamomong umat manusia di belahan Barat dan Utara dari
Arcapada, sedangkan Ki Lurah Semar menjadi pamomong untuk umat
manusia di belahan Timur dan Selatan dari Arcapada.
Karena
mereka berdua masing-masing memerlukan teman dalam perjalanan mereka
menjadi pamomong di Arcapada, maka kemudian Ki Lurah Togog
menciptakan teman seperjalanannya yang bernama Sarawita atau dikenal
dengan nama lain Bilung.
Sedang
Ki Lurah Semar juga menciptakan teman seperjalanan yang diambil dari
bayangannya sendiri yang diberi nama Bagong.
Sarawita
/ Bilung Bagong
Berita
tentang terpilihnya Sang Hyang Batara Manik Maya menjadi Ratu Tri
Loka Buwana ternyata membuat gerah para Dang Hyang penunggu Bumi,
mereka merasa bahwa Sang Hyang Batara Manik Maya tidak pantas menjadi
Ratu Tri Loka Buwana karena dianggap kalah wibawa dan kurang sakti
dari kakak-kakaknya. Para Dang Hyang penjuru Bumi merencanakan untuk
melakukan protes dengan mengadakan penyerbuan ke Kahyangan Jong Giri
Saloka.
Pertama
kali yang menyerbu ke Kahyangan Jong Giri Saloka adalah Kaneka Putra
sang Dang Hyang Jagad Lor. Dalam perjalanannya ke Kahyangan Jong Giri
Saloka dan baru sampai di Sela Matangkep, Dang Hyang Jagad Lor Kaneka
Putra bertemu dengan rombongan Ki Lurah Semar bersama dengan Bagong
dan Ki Lurah Togog bersama dengan Sarawita yang akan turun ke
Arcapada untuk melaksanakan tugas sebagai pamomong umat manusia.
Terjadilah
pertempuran sengit antara Ki Lurah Semar dengan Kaneka Putra,
akhirnya Kaneka Putra tunduk karena terkena Aji Kemayan dari Ki Lurah
Semar sehingga bentuknya menyerupai wujudnya pendek seperti yang
sekarang kita kenal.
Karena
kepandaian dan kepintarannya dalam bertempur, maka oleh Ki Lurah
Semar, Dang Hyang Jagad Lor Kaneka Putra kemudian ditugaskan untuk
menjadi penasehat utama Kahyangan Jong Giri Saloka untuk mendampingi
Sang Hyang Batara Guru dalam mengelola Alam Semesta dan bergelar Sang
Hyang Batara Narada
atau Resi Kaneka Putra.
Sang
Hyang Batara Narada | Resi Aneka Putra
Kemudian
secara bersamaan naiklah Dang Hyang Jagad Wetan Pecuk Pecu Kilan dan
Dang Hyang Jagad Kulon Cakrawangsa untuk menyerbu Kahyangan Jong Giri
Saloka. Di Sela Matangkep, mereka bertemu dengan rombongan Ki Lurah
Semar dan rombongannya yang baru saja bertempur dengan Dang Hyang
Jagad Lor Kaneka Putra.
Oleh
Ki Lurah Semar kedatangan kedua Dang Hyang Jagad itu disambut secepat
kilat dengan cara menjambak rambut Pecuk Pecu Kilan dan rambut
Cakrawangsa serta dibenturkan satu sama lain sehingga mereka berubah
wujud dan langsung tunduk kepada Ki Lurah Semar. Setelah berubah
wujud, Pecuk Pecu Kilan berubah nama menjadi Petruk
dan Cakrawangsa berubah nama menjadi Gareng,
serta mereka berdua akan mengiringi kemanapun Ki Lurah Semar
Badranaya dan Bagong akan menempuh perjalanannya dalam memomong umat
manusia di belahan Timur dan Selatan Arcapada ini.
Cakrawangsa
| Gareng Pecuk Pecu Kilan | Petruk
Dang
Hyang kembar Jagad Kidul yaitu Andana dan Andini melakukan penyerbuan
pula ke Kahyangan Jong Giri Saloka, setelah melihat cara Ki Lurah
Semar menaklukkan Pecuk Pecu Kilan dan Cakrawangsa, Sang Hyang Batara
Guru melakukan hal yang sama pula kepada Andana dan Andini. Begitu
Andana dan Andini tiba di Kahyangan Jong Giri Saloka, maka secepat
kilat dibenturkanlah kepala dari Andana dan Andini sehingga mereka
langsung takluk.
Oleh
Sang Hyang Batara Guru, Andana dan Andini kemudian disabda menjadi
Lembu Nandini dan menjadi DamparKencana Kahyangan Jong Giri Saloka.
Sang
Hyang Batara Guru / Batara Syiwa
dengan Lembu Nandini sebagai Dampar Kencana
dengan Lembu Nandini sebagai Dampar Kencana
Dang
Hyang Awang-Awang yaitu Garuda Yaksa Retna Peksi Jala Dara juga
melakukan penyerbuan ke Kahyangan Jong Giri Saloka, tetapi di tengah
perjalanan dia bertemu dengan Sang Hyang Batara Wisnu. Terjadilah
pertempuran yang berakhir dengan tunduknya Garuda Yaksa Retna Peksi
Jala Dara kepada Sang Hyang Batara Wisnu, sejak saat itulah Garuda
Yaksa Retna Peksi Jala Dara dijadikan tunggangan dari Sang Hyang
Batara Wisnu.
Sang
Hyang Batara Wisnu
Menunggang
Menunggang
Garuda Yaksa Retna Peksi Jala Dara
Setelah semua berjalan normal kembali, sebagai Ratu Tri Loka Buwana, Sang Hyang Batara Guru kemudian membentuk beberapa formasi jagad baru, dengan beliau sendiri sebagai Pusat:
- Sang Hyang Batara Syiwa di Pusat
- Sang Hyang Batara Brama di penjuru Selatan
- Sang Hyang Batara Wisnu di penjuru Utara
- Sang Hyang Batara Iswara di penjuru Timur
- Sang Hyang Batara Mahadewa di penjuru Barat
- Sang Hyang Batara Sambu di penjuru Timur Laut
- Sang Hyang Batara Maheswara di penjuru Tenggara
- Sang Hyang Batara Rodra di penjuru Barat Daya
- Sang Hyang Batara Sangkara di penjuru Barat Laut
Juga
kemudian ditunjuklah penanggungjawab untuk 7 bagian lapisan Bumi.
Jauh
sebelum bumi dihuni keturunan Shang Hyang Bagavan Kasyapa, disebutkan
dalam Kitab Mahabharata telah ada 7 dewa yang menguasai bagian bumi,
sebab bumi dipercaya bershaf Tujuh. Tiap Shaf ini ada penguasanya,
yaitu:
1. Bhathari Pretiwi, penguasa Shaf (lapisan) pertama / Eka Pratala.
2. Bhathari Kusika, penguasa Shaf kedua / Dwi Pratala.
3. Bhathari Ganggang, penguasa lapisan ketiga / Tri Bantala.
4. Bhathari Sindula, menguasai Shaf keempat / Catur Pratala.
5. Bhathari Darampalan, penguasa Shaf kelima / Panca Pratala.
6. Bhathari Manikem, menguasai Shaf keenam / Sad Pratala.
7. Bhathara Hananta Boga, penguasa Shaf tujuh / Sapta Pratala.(Inti Bumi)
1. Bhathari Pretiwi, penguasa Shaf (lapisan) pertama / Eka Pratala.
2. Bhathari Kusika, penguasa Shaf kedua / Dwi Pratala.
3. Bhathari Ganggang, penguasa lapisan ketiga / Tri Bantala.
4. Bhathari Sindula, menguasai Shaf keempat / Catur Pratala.
5. Bhathari Darampalan, penguasa Shaf kelima / Panca Pratala.
6. Bhathari Manikem, menguasai Shaf keenam / Sad Pratala.
7. Bhathara Hananta Boga, penguasa Shaf tujuh / Sapta Pratala.(Inti Bumi)
Bhathara Hananta Boga,dalam 2 wujud
Merujuk sumber ini, gempa di Yogya yang terjadi Sabtu, 27 Mei 2006 silam dipercaya karena digerakkan oleh Bhathara Darampalan, penguasa lapisan bumi Shaf kelima (Panca Pratala), sebab kekuatan gempa menunjukkan angka 5,9 SR.
Posted by
Darso '88
No comments:
Post a Comment