BEDA HATI DAN PIKIRAN
Hati atau Qolbu (bahasa Arab dan istilah tasawuf ). Pekerjaan qalbu adalah mengambil keputusan, apakah akan menerima yang baik atau yang buruk. Kalau hati itu sholeh, berarti hati akan mengambil yang baik atau menerimanya, sekaligus menolak yang buruk atau bathil.
Sebaliknya jika hati kita fasid atau rusak karena pengaruh hawa nafsu, maka yang batil malah diambil dan yang haq malah ditolak.
Karena itu digunakan istilah qalbu yang berarti bolak balik, yang posisinya berada di tengah antara ruh dan nafsu, bisa berbalik pada ruh bisa berbalik pada nafsu. Karenanya kita diajari doa oleh Rasulullah saw, “Wahai Yang Maha Membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada iman kepadaMu…”
Ketika hati didorong terus oleh nafsu akan memunculkan kegelisahan, ketakutan dan tekanan atau depressi. Sebaliknya jika didorong oleh ruh, hati akan bebas, merdeka bersama Allah, menikmati konsumsi-konsumsi dan pestanya qalbu, berupa nilai-nilai akhlaq dan kebajikan dari Allah. Seperti gairah tobat, syukur, tawakkal, sabar, ridlo, mahabbah dan terus menerus melakukan kebajikan ukhrowi.
Hati, sesungguhnya tidak ingin diberi konsumsi duniawi, karena itu bukan makanan hati. Pekerjaan dunia jangan dimasukkan dalam hati. Karena anda akan stress jika urusan dunia masuk dalam hati.
“Qolbul Mu’mini Baitullah”, hati orang beriman itu Rumah Allah. Rumah Allah harus bersih, suci, dan bening, bercahaya, dan indah.
Sementara pikiran atau alam
pikiran, tugasnya mengatur strategi, menghitung, menghafal,
berlogika, berencana, mengorganisir, dan sebagainya, hakikatnya
hanyalah alat atau aparatnya qalbu saja. Urusan usaha, ikhtiar,
merencanakan, cukup oleh pikiran saja, jangan sampai dimasukkan
hati.
Kalau hati anda baik, maka pikiran akan merencanakan kebaikan, merencanakan perjuangan. Tapi kalau hati dikuasai nafsu, yang muncul adalah iri dengki, sombong, riya’, bangga diri, dan mengandalkan amal dan diri sendiri. Nanti pikiran juga berkembang, bergerak, dan berstrategi menuruti kemauan nafsu yang jahat itu.
Pikiran untuk merenung, mengevaluasi, dan keputusan tetap pada hati.
Kalau hati anda baik, maka pikiran akan merencanakan kebaikan, merencanakan perjuangan. Tapi kalau hati dikuasai nafsu, yang muncul adalah iri dengki, sombong, riya’, bangga diri, dan mengandalkan amal dan diri sendiri. Nanti pikiran juga berkembang, bergerak, dan berstrategi menuruti kemauan nafsu yang jahat itu.
Pikiran untuk merenung, mengevaluasi, dan keputusan tetap pada hati.
PSHT_Sidoarjo.
No comments:
Post a Comment